around the world with science

welcome

Lembaran ilmu telah menanti tuk kita genggam, se-atom apapun ilmu dapat menghasut dunia,,, Ketika bumi pun semakin keriput, tak ada yang dapat dilakukan tanpa ilmu baik Qauliyah maupun Qauniyah, bila kita hanya menantikan do'a dan mu'jizat yang datang dari-Nya itu akan sia-sia, keberuntungan akan berpihak bagi siapa yang berfikir dan yang dikehendaki-Nya.

Jadi, siapakah yang salah?





Siang itu, hari rabu tepatnya tanggal 27 April 2011. Hari itu aku sengaja naik bis karena aku membawa kompor yang digunakan mahabhakti. Aku naik bis dengan perasaanku yang biasanya. Setelah masuk, pak “kernet” special memberiku tempat duduk paling belakang karena aku membawa barang yang dianggap terlalu mengganggu bila ditaruh di depan atau pun ditengah. Singkat kata, aku pun duduk bersama penumpang bapak-bapak lainnya. Awalnya aku takut, tapi setelah beliau-beliau turun terlebih dahulu, perasaan itu pun hilang.

Waktu bergulir dengan cepat, bis yang kunaiki berhenti sejenak untuk menunggu penumpang didekat Taman Pintar. Rombongan keluarga kecil-kecil-an pun masuk (Ibu dan dua orang anak). Awalnya aku tidak peduli, dan hanya diam melihat pemandangan. Ketika lantunan ukulele berbunyi dan seorang Ibu mulai bernyanyi dengan anaknya yang paling besar (kira2 berusia sama dengan anak kelas 3 atau 4 SD). Aku sedikit terkejut, terlebih ketika anaknya yang paling kecil (usia 3 tahunan) asyik melompat-lompat dan hampir saja terjatuh dari bis. Alangkah “mirisnya” bila si Ibu langsung membetengi dan menjaga anak kecil tadi dengan mengayunkan satu kaki saja.

Lagu yang mereka nyanyikan berisi tentang anak jalanan atau orang yang hidup di jalanan. Walaupun berbekal suara pribadi yang belum terlatih, si Ibu dapat menyanyikannya dengan penuh percaya diri.

Ketika lagu berakhir dan mendapat uang hasil keringat mereka, duduklah ketiganya didepan tempat dudukku. Kulihat 1.500 rupiah tergenggam ditangan anaknya yang paling besar. Tidak lama setelahnya, muncul lagi seorang ibu dan anaknya yang juga masih kecil dengan penampilan yang sama dengan rombongan keluarga kecil tadi. Dari yang aku perhatikan penampilan dua ibu-ibu tadi sama, hanya dengan kaos biasa, celana “kolor” pendek, dengan wajah yang sangat lelah tersirat didalamnya. Anak perempuan yang paling besar juga demikian, bedanya ia menggunakan sepatu pink yang cukup lusuh. Sedangkan anak kecil dari masing-masing ibu hanya memakai kaos, celana pendek tanpa alas kaki apapun.

Bis mulai bergerak lurus kembali, dua orang ibu-ibu tadi mulai mengobrol tentang kehidupan mereka yang serba susah. Aku pun mendengarkan dengan seksama, ya walaupun aku tidak tahu itu diperbolehkan ataupun tidak. Hehe,,

Sempat aku dengar keluhan dan pengalaman hidup mereka yang cukup dramatis. Seorang ibu dari 2 anak tadi mengaku, dirinya selain mengamen juga berjualan koran setiap paginya. Setelah cukup siang, beliau membawa anaknya mengamen disepanjang jalan dekat Taman pintar. Beliau sebenarnya memiliki 3 anak, anak yang pertama duduk di bangku SMP. Katanya, anak yang pertama sedikit bandel, anak itu setiap harinya dapat menghabiskan uang 10.000 atau lebih untuk bermain game online dan facebook. “Belum lagi dengan keperluan sekolah maupun uang jajan baginya”, desah si Ibu.

Bayangkan dari cerita tadi, si Ibu dan 2 anaknya yang masih kecil berusaha untuk menghidupi diri mereka dan keluarga yang lain. Belum lagi, untuk memenuhi kebutuhan tambahan yang lain. Ketika anak-anak dari Si Ibu tadi lahir dan hidup dalam guratan cobaan seperti itu, bagaimana dengan masa depan mereka? Walaupun salah satu anaknya juga sudah mulai sekolah, tetapi akibat dari lingkungan yang sedemikian rupa, tetap saja si anak sulit untuk merubah nasib. Belum lagi, dengan pergaulan menyimpang yang membuat si Anak lebih melenceng.

Kejadian seperti itu lebih sering terulang-ulang, sehingga menjadi sebuah takdir dari seorang kakek atau nenek buyut mereka, sampai dengan cucu dan cicit. Bila kita menyalahkan si anak yang tidak mau berusaha, sebenarnya juga tidak etis, karena si anak memang lahir dalam lingkungan yang buruk. Kemudian bila kita menyalahkan lingkungan tersebut, mungkin juga tidak, karena lingkup si Anak menjadi buruk karena dari orang-orang yang lebih tua sendiri yang tidak berusaha untuk bekerja dan memberi contoh yang baik. Akan tetapi bila menyalahkan mereka, mungkin tidak juga karena mereka lahir dari orang tua mereka yang salah.

Seandainya kita terus saja mencari siapakah yang terlibat salah dalam kehidupan seperti itu, mungkin tidak akan habis dalam menelusuknya. Kita akan menyalahkan orang tua, kemudian berganti pendapat menjadi kakek-nenek mereka yang salah, begitu seterusnya. Bahkan, terbesit di pikiran kita bahwa tuhan kah yang salah? Jelas tentu tidak, karena Allah SWT berfirman dalam QS. Ar-Ra’d: 11 yang artinya “ Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri..”. Telah jelas bahwa Allah telah memberikan kesempatan kita untuk merubah semua yang ada pada diri kita sekarang. Tergantung diri kita sendiri, apabila kita mau semua hal akan bisa kita lakukan. Termasuk merubah nasib.

Jadi, tidak ada sesuatu yang salah di dunia ini. Allah menciptakan manusia, hewan maupun tumbuhan dalam bentuk yang benar dan bermanfaat. Terlebih manusia, yang lahir dalam bentuk sempurna. Tergantung pada setiap indifidu, jalan mana yang mau ditempuh olehnya. Bila seorang insan lahir dalam keadaan yang kurang dari segi mana pun, maka wajiblah bagi orang tuanya untuk merubah takkdir si Anak, akan tetapi hal itu hanya berlaku sementara, bila ia sudah baligh, semua takdir ada di tangannya. Semoga kita dapat merubah nasib, dan menjadi manusia yag lebih bermanfaat daripada saat ketika lahir dahulu.

0 komentar:

Posting Komentar